Jakarta, TabeaNews – Dalam acara Road to Sustainable Annual Conference (SAC) 2024: SDGs Festival for Women yang diadakan secara virtual pada Minggu (6/10/2024), Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Teni Widuriyanti, menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam konteks pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Teni menegaskan bahwa meskipun isu perempuan sering dianggap sepele, hal ini sesungguhnya sangat krusial.
“Kalau bicara perempuan dalam pembangunan berkelanjutan itu sesuatu yang sepertinya ringan, mungkin tidak penting, tetapi sebetulnya sangat-sangat penting sekali. Perempuan di Indonesia ini masih menghadapi berbagai tantangan yang sangat-sangat perlu mendapat perhatian,” ujarnya.
Dalam laporannya, Gender Snapshot 2024 dari UN Women, Teni menyebutkan bahwa diperlukan waktu 137 tahun untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem di kalangan perempuan. Perubahan iklim yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2050 dapat memengaruhi sekitar 158 juta perempuan dan anak perempuan, yang berisiko terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem.
“Angka ini sekitar 16 juta lebih banyak dari kemiskinan di pihak laki-laki, jadi selalu perempuan yang lebih banyak terdampak dan lebih cepat terdampak terhadap perubahan yang terjadi,” tambahnya.
Teni menyoroti bahwa kesetaraan gender harus menjadi perhatian utama dalam upaya mengatasi berbagai tantangan sosial dan ekonomi. Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengapresiasi Menteri PPN, Suharso Monoarfa, yang memberikan kepercayaan kepada perempuan dalam jabatan eselon I.
“Kita sudah bersama-sama berkolaborasi untuk memberikan masukan yang sangat-sangat setara inputnya dan tentu dengan kualitas yang lebih baik. Jadi, ini adalah evidence yang ditunjukkan, barangkali di Bappenas bisa menjadi contoh juga untuk yang lainnya. Jadi sekali lagi, terima kasih Pak Menteri atas perhatian kepada perempuan di kantor kita,” katanya.
Meskipun demikian, Teni mencatat bahwa partisipasi perempuan dalam kepemimpinan nasional dan lokal masih di bawah 30 persen. Kehadiran perempuan dalam posisi tersebut sangat penting, karena mereka sering membawa perspektif yang berbeda.
Di sektor informal, Teni mengingatkan bahwa perempuan sering kali mendapatkan upah lebih rendah dibandingkan laki-laki, yang menjadi tantangan besar dalam mewujudkan pemberdayaan ekonomi yang setara.
Tema acara ini, “Pemberdayaan Perempuan di Tempat Kerja, Komunitas, dan Lingkungan Gaya Hidup Berkelanjutan dalam Mendukung Ekonomi Hijau,” sangat relevan dengan kondisi saat ini. Teni menekankan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan ekonomi yang inklusif dan mendorong ekonomi hijau melalui aktivitas sehari-hari.
“Memastikan bahwa kontribusi perempuan di berbagai sektor itu juga bisa membawa perbaikan pembangunan yang lebih setara, khususnya terhadap pendidikan, teknologi, sumber daya, sehingga bisa lebih optimal pembangunan ke depan,” tutup Teni.
Dengan fokus pada pemberdayaan perempuan, Bappenas berupaya menjadi contoh dalam menciptakan kesetaraan gender yang lebih baik di Indonesia, yang diharapkan dapat diikuti oleh lembaga lainnya.