“Ia adalah anak yang lahir karena mujizat.” Begitu kata Chinndy.
***
Saya dan Chinndy menikmati sore di Rumah Kopi Gloria Kawangkoan dengan setumpuk biapong ba’ khas rumah kopi tersebut sembari menunggu Razeena Jazzy Nathania Ruus yang lebih akrab dipanggil Cena, berlatih bulu tangkis di lantai atas, (Februari 2025).
Sebelumnya, Cena sempat saya wawancara saat ia sedang break latihan. Dalam wawancara singkat itu Cena menceritakan tentang kesehariannya yang padat dengan macam-macam aktivitas. Istirahatnya hanya berupa tidur siang yang singkat.
“Sepulang sekolah sudah ada jadwal menanti. Cena cuma pulang makan siang dan tidur siang sebentar kemudian langsung lanjut dengan les piano pada hari Selasa dan Kamis, latihan bulu tangkis pada hari Senin, Rabu, Sabtu. Malamnya Cena berlatih vocal sendiri di rumah,” tutur murid kelas 5 di SDN 3 Langowan.
Saya sempat bertanya, apakah ia pernah merasa bosan dengan segudang aktivitas di luar kegiatan bersekolahnya, dan apa yang ia lakukan ketika bosan?
Sambil menyeruput segelas milo hangat, ia menjawab dengan santai, “Ketika bosan, Cena mengalihkan perhatian dengan bermain gadget.”
Kegiatannya yang sangat padat, membuat Cena tidak punya waktu bermain dengan teman-teman sebaya di lingkungan rumahnya. Teman satu-satunya hanyalah adiknya, Devina Jazzlyn Ruus
Waktu break latihan yang hanya sebentar, membuat sesi wawancara saya dengan Cena harus berakhir. Ia lekas-lekas menuju lantai atas. Saya kemudian melanjutkan wawancara dengan maminya, yang kemudian terkuak hal-hal menarik di balik kisah seorang anak yang tidak pernah mengenal kata lelah itu.
Cena lahir pada tahun 2014. Ia lahir ketika kondisi maminya mengalami kista di dalam rahim. Kista itu tumbuh bersama-sama dengan janin, bahkan memiliki ukuran lebih besar.
“Cena lahir karena mujizat.” Begitu kata Chinddy. “Janin Cena kala itu tumbuh bersama-sama dengan kista. Seharusnya Cena dilahirkan pada usia kandungan tujuh bulan, karena ukuran kista di dalam rahim lebih besar daripada ukuran janin. Namun, ketika itu kesepakatan antara saya dan suami untuk tetap mempertahankan janin ini, ‘Pasti Tuhan Tolong.’ Dan, benar, janin ini bertahan hingga saatnya dilahirkan yaitu sembilan bulan satu minggu. Meskipun bayi Cena lahir dengan berat yang hanya 2.3 kg, tetapi ia tampak sehat dan tubuhnya lengkap,” jelasnya.
Sayangnya, perjuangan Cena bukan hanya pada saat ia berada dalam kandungan. Dari keterangan Chinddy, saat ini Cena mengalami kondisi di mana jantungnya mengalami kebocoran kecil. Diperkirakan ini adalah penyakit bawaan yang disebabkan oleh faktor genetik atau terpapar obat atau zat kimia tertentu pada saat kehamilan. Namun, menurut dokter yang merawat Cena, hal itu tidak akan menjadi masalah asalkan Cena rajin berolah raga. Bulu tangkis akhirnya dipilih sebagai terapi untuk jantungnya yang kebetulan juga merupakan olah raga kesukaannya.
Cena adalah seorang pemenang pertama dalam lomba menyanyi berbahasa Minahasa dialek Tountemboan yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawsi Utara pada bulan November 2024 di Novotel. Tidak heran karena bakatnya di dunia tarik suara maupun musik sudah terlihat semenjak ia balita. Kedua orang tuanya yang juga berlatar belakang di dunia seni dan musik, turut menunjang bakatnya itu. “Waktu kecil ayahnya sampai heran, Cena mampu mempelajari beberapa level pelajaran musik hanya dalam kurun waktu yang sangat singkat. Ketika mendengar nada, ia paham jika ada kesalahan. Waktu kecil, Cena suka sekali dengan musik jazz, tetapi sekarang berubah ke musik klasik,” kata Chinddy yang juga merupakan tenaga ASN di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Memiliki cita-cita agar bisa bersekolah di IPDN, Cena getol mengumpulkan banyak prestasi dan sertifikat. Saat ini ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba menyanyi tingkat nasional dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Cena termasuk anak beruntung, memiliki orang tua yang selalu mendukungnya. Baik dukungan secara mental maupun dukungan untuk semua kebutuhan dan keperluannya dalam menghadapi lomba-lomba ini.
Dukungan kedua orang tuanya, Chinndy Ryfiansi Temo dan Devied Pittersen Ruus, merupakan faktor penentu hingga Cena bisa berada di titik ini. Mereka mengusahakan apa pun yang dibutuhkan, mulai dari waktu, peralatan yang menunjang, dan macam-macam les.
Di akhir sesi wawancara kami yang dilakukan sembari bercakap-cakap santai, Chinddy mengimbau kepada para orang tua yang memiliki anak berbakat supaya terus mendukung anak-anaknya dengan cara mengarahkan bakat yang mereka miliki dan menunjang mereka dengan apa pun yang bisa diusahakan.
“Intinya, orang tua jangan pernah menyesal berkorban untuk anak karena ketika anak sukses tanpa disadari kita sudah berinvestasi,” kata Chinddy.