Akademisi Indonesia Soroti Pelajaran Penting dari Peringatan Holocaust Internasional: Patut Dijadikan Mata Pelajaran

Novi Haryono
3 Min Read

Minahasa, TabeaNews – DR. Denny H. R. Pinontoan, seorang akademisi yang turut hadir pada peringatan International Holocaust Remembrance Day, di Sinagoge Shaar Hashamayim, Senin (29/01), melihat kegiatan yang terkait dengan sebuah tragedi kemanusiaan terhadap orang-orang Yahudi pada tahun 1930 ini mengandung pesan sangat penting, yaitu sebagai sebuah pengingat agar tragedi semacam itu tidak terulang kembali di masa depan.

“Kita perlu belajar dari sejarah bagaimana kekuasaan dan kebencian dapat memusnahkan sesama manusia, tidak hanya terjadi di masa lalu, namun juga bisa terjadi di mana saja, termasuk di Indonesia,” ungkap Pinontoan yang juga merupakan dosen di Institut Agama Kristen Negeri Manado.

Korban Holocaust tidak hanya orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang Kristen dan pihak lainnya yang menjadi target kebencian. Salah satu contohnya adalah Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta Jerman yang menentang kebijakan politik dan ideologi yang menyebabkan tragedi ini. Ia bahkan bergabung dengan kelompok yang berencana membunuh Hitler dengan harapan menghentikan pembunuhan lainnya. Namun, ia dihukum mati atas keyakinannya bahwa tidak seorang pun boleh mengambil hak orang lain.

“Pentingnya mempelajari sejarah ini adalah agar kita dapat memahami dan mencegah hal serupa terjadi di masa depan. Sejarah ini harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan, bukan hanya sebagai pelajaran sejarah, tetapi juga sebagai pembelajaran untuk menghargai kemanusiaan. Kita perlu mendorong generasi muda untuk belajar dari sejarah ini, agar mereka dapat lebih memahami nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan,” lanjutnya.

Dengan menyadari bahwa di era teknologi saat ini, generasi muda cenderung terhubung dengan isu-isu kontemporer dan mungkin kurang terhubung dengan sejarah. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian penekanan pada nilai-nilai kemanusiaan dan mengajarkan tentang pentingnya dialog lintas agama, suku, dan ras. Perlunya kesadaran akan bahaya pembagian manusia berdasarkan ras atau agama juga sangat penting, karena hal ini dapat membahayakan peradaban dan perdamaian.

“Kita harus memastikan bahwa generasi muda dapat belajar dari sejarah untuk membentuk pemikiran dan tindakan yang lebih berorientasi pada kemanusiaan, agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan,” tutup Pinontoan.

 

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *