Tondano, Jamkesnews – Rafid Loindang, seorang pria berusia 36 tahun, berbagi pengalamannya saat berjuang melawan hiponatremia dan asam urat yang menyerangnya secara bersamaan. Kejadian tersebut memaksa Rafid untuk dirawat selama 9 hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Sam Ratulangi Tondano
Rafid merupakan peserta JKN segmen Peserta Bukan Penerima Upah/Bukan Pekerja (PBPU/BP), saat ditemui di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano, dirinya menceritakan kalau saat ini ia sedang menjalani rawat jalan karena menderita hiponatremia dan asam urat. Ia bersyukur seluruh biaya pengobatan tersebut ditanggung program JKN
“Saya mengalami rasa sakit hampir dibagian seluruh tubuh hingga menyulitkan saya untuk berjalan, akhirnya keluarga membawa saya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata saya mengalami kekurangan garam, dan ditambah lagi sakit asam urat saya kambuh.”
Hiponatremia adalah kondisi medis yang ditandai oleh kadar natrium yang rendah dalam darah, biasanya kurang dari 135 miliequivalen per liter (mEq/L). Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak natrium daripada yang masuk atau ketika terdapat peningkatan kadar air dalam tubuh.
Hiponatremia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penyakit ginjal, gagal jantung, sirosis hati, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Selain itu, aktivitas fisik yang intens, kondisi cuaca panas, dan konsumsi air yang berlebihan tanpa kompensasi asupan elektrolit dapat menjadi pemicu terjadinya hiponatremia.
Dampak dari hiponatremia dapat sangat serius. Gejala awal mungkin termasuk mual, kebingungan, kelelahan, dan sakit kepala. Namun, dalam kasus yang lebih parah, hiponatremia dapat menyebabkan kejang, koma, bahkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda dan gejala hiponatremia serta segera mencari bantuan medis jika diperlukan.
Rafid memberikan apreasiasi terhadap pelayanan medis yang diterimanya di rumah sakit. Ia merasa bahwa tenaga medis bertugas dengan ramah dan cekatan. Selama proses perawatan, Rafid menyampaikan keluhan-keluhan yang dirasakannya, dan dokter dengan baik mendengarkan serta meresponsnya.
“Saya merasa terbantu dengan adanya Program JKN ini. Selama 9 hari rawat inap, tidak ada kendala, mulai dari masuk IGD hingga pindah ke ruang rawat dan pelayanan obat, semuanya dilayani dengan baik.” Ungkap Rafid.
Rafid juga mengakui akses pelayanan JKN semakin cepat dan mudah, saat ini berobat ke fasilitas kesehatan cukup menunjukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) digital yang ada diaplikasi mobile JKN.
“Dulu kalau mau berobat harus bawa kartu KIS, sekarang saya berobat ke faskes tingkat pertama dokter Yesty Kaparang cukup bawa KTP saja bisa langsung dilayani, ini saja kontrol ke rumah sakit saya hanya bawa KTP” Tutur Rafid
Di akhir wawancara, Rafid sangat mengapreasiasi terhadap Program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Menurutnya, program ini telah memberikan bantuan selama proses pengobatannya. Rafid tidak hanya melihat manfaat pribadinya, melainkan juga merasakan bahwa banyak orang lain telah merasakan dampak positif dari program ini.
“Saya merasakan manfaat nyata dari Program JKN. Ini bukan hanya pengalaman saya sendiri, banyak orang yang telah merasakan manfaatnya. Program pemerintah ini harus terus berjalan untuk mengcover kesehatan orang yang membutuhkan.”Tutup Rafid
Rafid menggarisbawahi pentingnya kelangsungan Program JKN, terutama dalam memberikan akses kesehatan yang merata kepada masyarakat. Dia berharap agar program ini terus ditingkatkan dan diperluas cakupannya untuk memberikan perlindungan kesehatan yang lebih baik kepada lebih banyak orang. (FT/mg)