TabeaNews – Sebuah terobosan baru dalam dunia kesehatan mental telah ditemukan melalui sebuah studi yang dipublikasikan di Molecular Psychiatry. Universitas Tokyo dan rekan peneliti mereka telah mengembangkan algoritma pembelajaran mesin kecerdasan buatan (AI) baru yang mampu memprediksi risiko psikosis dari gambar otak.
Psikosis, yang dideskripsikan sebagai serangkaian gejala seperti delusi, keyakinan salah, dan halusinasi, dapat memengaruhi kontak seseorang dengan kenyataan, menurut definisi dari Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). Deteksi dini psikosis memainkan peran krusial dalam tingkat kesembuhan pasien, dan penemuan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil pasien di masa depan.
“Paradigma risiko tinggi klinis (CHR) digunakan secara luas dengan tujuan meningkatkan deteksi dini dan pencegahan gangguan psikotik,” tulis penulis koresponden dan Associate Professor Universitas Tokyo Shinsuke Koike, Ph.D.
Studi ini melibatkan peneliti dari 21 institusi dari seluruh dunia, mulai dari Jepang, Spanyol, hingga Amerika dan Rusia. Mereka mengembangkan algoritma AI menggunakan data pemindaian otak dari orang-orang yang berisiko tinggi secara klinis, yang kemudian mengalami psikosis. Algoritma ini mampu mengklasifikasikan kontrol sehat dari peserta berisiko tinggi yang akhirnya mengembangkan psikosis dengan akurasi sekitar 85 persen pada kumpulan data pelatihan.
“Akurasi pengklasifikasi pada kumpulan data pelatihan dan konfirmasi independen masing-masing adalah 85 persen dan 73 persen,” para peneliti melaporkan.
Wilayah otak seperti area temporal superior, insula, dan frontal superior terbukti menjadi wilayah yang paling membantu algoritma dalam mengklasifikasikan peserta berisiko tinggi. Penemuan ini memberikan harapan bahwa pemindaian MRI dasar dapat berguna untuk mengidentifikasi prognosis individu yang berisiko tinggi.
“Hasil ini menunjukkan bahwa ketika mempertimbangkan perkembangan otak remaja, pemindaian MRI dasar untuk individu CHR mungkin berguna untuk mengidentifikasi prognosis mereka,” para ilmuwan menyimpulkan.
Diharapkan, penemuan ini akan membantu dalam deteksi dini dan pencegahan gangguan psikotik di masa depan. Para peneliti percaya bahwa algoritma pembelajaran mesin ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman dan penanganan psikosis, membuka jalan bagi upaya pencegahan yang lebih efektif dan bertujuan pada prognosis yang lebih baik. (ANT/Novi)