Kebangkitan ‘Emas Hijau’: Nilam Motoling Buktikan Potensi Agronomis

Vidi Wowor
3 Min Read

TabeaNews – Kecamatan Motoling, Minahasa Selatan – Dikenal sebagai daerah yang subur, Kecamatan Motoling kini membuktikan kekayaan agronomisnya lewat pengembangan tanaman nilam, yang semakin berkembang pesat. Minyak atsiri yang dikenal dunia sebagai ‘Emas Hijau’ ini menjadi primadona baru bagi petani setempat. Kamis, 25 Oktober 2024, penanaman dan pengolahan minyak nilam di kebun Ratalaur menggambarkan harapan baru bagi peningkatan ekonomi lokal.

Petani nilam, Maudi Tiwa, merupakan salah satu penggerak utama di balik suksesnya penanaman nilam di Kabupaten Minahasa Selatan, khususnya di Motoling Raya.

“Komoditas baru ini telah berkembang di wilayah Minahasa Selatan, dan kami telah melihat potensi besar di Motoling Raya,” ujar Tiwa.

Kebun Ratalaur, terletak di bawah kaki Gunung Lolombulan, merentang di atas sembilan hektar, menjadi pusat produksi minyak nilam. Tiwa menjelaskan proses penyulingan yang memakan waktu antara 10 hingga 12 jam, untuk menghasilkan minyak berkualitas tinggi.

Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas minyak nilam tak hanya dari cara budidaya namun juga dari teknik pengolahan hingga penyimpanan produk. Nilam di Kecamatan Motoling diperbanyak dengan sistem setek, menggunakan bahan tanaman varietas unggul yang sehat dan bebas penyakit.

Secara ideal, tanaman nilam memerlukan ketinggian 0-1.200 mdpl untuk tumbuh, meski pertumbuhan optimal terjadi pada 10-400 mdpl. Kondisi iklim dengan curah hujan sekitar 2.300-3.000 mm per tahun, suhu udara 24-28 derajat Celsius, dan kelembapan di atas 75% menjadikan Motoling sebagai lahan subur untuk pertanian nilam.

Saat ini, Motoling mencetak sejarah baru dalam produksi minyak nilam di Indonesia, bergabung dengan wilayah penanaman lain seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo, serta mencatatkan namanya di samping sentra produksi di Sumatera seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Dengan trend positif ini, Motoling siap menjadi salah satu jantung baru kejayaan ‘Emas Hijau’ Indonesia. Kiprah para petani seperti Maudi Tiwa menandakan era kemakmuran yang ditunjang oleh komoditas sesuai dengan alam Indonesia yang kaya akan biodiversitas.

Kembangnya tanaman nilam tidak hanya memberikan harapan kepada para petani namun juga mendorong perbaikan ekosistem ekonomi lokal. Ini merupakan langkah yang berarti bagi Indonesia dalam mempertahankan posisi sebagai salah satu produsen minyak atsiri terkemuka dunia.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *