Memperingati Tragedi Kemanusiaan, Holocaust: Suara Penghayat Kepercayaan dalam Membangun Kesadaran Lintas Agama

Novi Haryono
3 Min Read

Minahasa, TabeaNews – Iswan Sual, Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia MLKI Sulut, merupakan salah satu undangan yang menghadiri Hari Peringatan International Holocaust Remembrance Day yang digelar di Synagogue Shaar Hashamayim Tondano, pada Senin (29/01).

Dalam wawancara dengan awak media, ia menjelaskan bahwa sebagai seorang penghayat kepercayaan yang diundang dalam kegiatan ini, ia merasa senang bisa dilibatkan, tetapi juga merasa sedih dengan peristiwa tragedi kemanusiaan yang terjadi kala itu yang mengakibatkan tewasnya 6 juta Yahudi, 2 juta gipsi, 15.000 kaum homoseksual, dan jutaan orang lainnya oleh Jerman Nazi dan kolaboratornya.

“Tragedi tersebut merupakan sebuah peringatan penting bagi kita semua. Korban tidak hanya berasal dari kalangan Yahudi, tetapi juga dari berbagai latar belakang agama seperti Kristen, Islam, dan mungkin penganut agama lokal di Eropa. Tragedi kemanusiaan ini harus diingatkan kepada kita agar tidak terulang, dan kita tidak boleh melupakan sejarah agar dapat mencegah hal serupa terjadi di masa depan,” ungkap Sual yang juga merupakan Ketua Organisasi Lalang Rondor Malesung (LAROMA).

“Sebagai seorang penganut agama lokal yang pernah mengalami perlakuan diskriminatif dan intoleransi, saya merasa bahwa kita harus bersama-sama mengingatkan kepada pemerintah bahwa tragedi kemanusiaan ini bukan hanya masalah satu kelompok agama, tetapi juga menyangkut kaum minoritas lainnya. Melibatkan tokoh-tokoh lintas iman dalam kegiatan ini memberikan peluang untuk membangun komunikasi antar latar belakang kepercayaan dan agama. Kesadaran akan pentingnya menghindari pengulangan tindakan yang menyakitkan dan tidak manusiawi di masa lampau harus disampaikan kepada seluruh pihak,” lanjutnya.

Dalam kesempatan ini, Sual pun berharap pemerintah aktif dalam memfasilitasi kegiatan lintas iman dengan melibatkan semua pihak, tanpa memandang kuantitas orang yang terlibat, tetapi juga memperhatikan kehadiran dari kelompok-kelompok minoritas yang mungkin terlupakan. Kegiatan lintas iman ini membawa harapan untuk membangun kesadaran akan penghormatan terhadap semua kepercayaan dan agama, serta mencegah adanya diskriminasi di masa depan.

“Saya berharap kegiatan ini akan menjadi langkah positif dalam membangun hubungan antarumat beragama dan mencegah terulangnya tragedi kemanusiaan yang menyedihkan,” tutupnya.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *