TabeaNews – Berdasarkan data UNESCO, dari antara 718 bahasa daerah di Indonesia terdapat 25 bahasa terancam punah, 6 dinyatakan kritis, dan 11 bahasa telah punah.
Itu sebabnya sesuai dengan program merdeka belajar episode 17 tentang Revitalisasi Bahasa Daerah, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan “Lokakarya Penulisan Cerita Anak Dwibahasa” yang digelar di Hotel Novotel Manado selama lima hari semenjak tanggal 22 April 2024.
Kegiatan ini pun merupakan kegiatan prioritas dalam rangka meningkatkan literasi di Indonesia, dimana UNESCO menyebutkan bahwa persentase literasi masyarakat Indonesia hanya sebanyak 0,001%, yang artinya dari 1000 orang hanya ada 1 orang yang rajin membaca.
Kepala Balai Bahasa Sulawesi Utara, Januar Pribadi, S.IP., M.M., mengatakan bahwa rendahnya literasi di Indonesia, di Sulawesi Utara khususnya, bukan semata disebabkan oleh kurangnya minat baca masyarakat, melainkan oleh ketidaktersediaannya buku-buku bacaan.
“Salah satu penyebab minat baca rendah karena ketersediaan buku-buku masih kurang. Untuk meningkatakan minat baca, ya, ketersediaan buku-buku itu harus didukung, supaya mereka punya akses mendapatkan buku dan bukan sekadar mendapatkan buku tetapi buku bacaan yang bermutu,” kata Kepala Balai Bahasa yang diwawancarai di sela kegiatan lokakarya.
“Selain itu Balai Bahasa menggandeng pemerintah daerah dalam hal ini dinas pendidikan, dinas perpustakaan, untuk sama-sama meningkatkan literasi,” lanjutnya.
Kegiatan yang dibimbing langsung oleh Penulis Cerita Anak Indonesia, Benny Rhamdani ini diikuti oleh 43 orang peserta yang datang dari Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, dan Minahasa Tenggara, dengan target akan menghasilkan 43 buku cerita anak dalam bahasa daerah Minahasa Tonsea, Minahasa Tonsawang, dan Minahasa dialek Tontemboan.
Sementara itu, salah satu peserta lokakarya, Sasmi Lumenta, S.Pd, yang juga merupakan Kepala Sekolah SD, mengatakan bahwa kegiatan penulisan cerita anak dwibahasa ini, selain menambah wawasan bagi para penulis, juga akan menjadi sarana yang baik dan efektif bagi anak-anak dalam mengenal dan mempelajari bahasa daerah.
“Anak-anak yang cenderung menyukai cerita dan gambar, tentu akan tertarik dengan buku cerita dwibahasa, yang tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka sedang mempelajari sesuatu yang baru, termasuk mempelajari bahasa daerah,” ungkap Lumenta.
Ia pun berharap supaya kegiatan ini bisa berkelanjutan dan para penulis cerita anak dwibahasa yang mengikuti lokakarya bisa kembali dilibatkan dalam penulisan cerita anak jenjang selanjutnya.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan literasi, Kepala Balai Januar Pribadi mengatakan bahwa semenjak tahun 2022 hingga 2024 Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara melakukan pembinaan terhadap 45 lembaga yang terdiri dari 15 lembaga instansi pemerintah, 20 sekolah, dan sisanya instansi swasta di mana selama tiga tahun itu Balai Bahasa fokus melakukan pembinaan terkait penggunan tata naskah kedinasan dan pengguanaan Bahasa Indonesia di ruang publik, dengan harapan mereka yang sudah dibina ini bisa menjadi mentor untuk lembaga-lembaga lain.
Di akhir wawancara, Kepala Balai mengigatkan soal Trigatra Bangun Bahasa: Utamakan Bahasa Indonesai, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing.
“Sesuai dengan Trigatra Bangun Bahasa, utamakan Bahasa Indonesia, ayo lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. Kita tidak anti bahasa asing, tetapi bahasa daerah harus dilestarikan. Generasi muda jangan malu berbahasa daerah,” tutup Januar Pribadi.