Sebuah Cerita di Akhir Masa Ujian di SDN Ampreng

Novi Haryono
6 Min Read

Begitu memasuki gerbang sekolah, tampak tulisan di sebuah papan tulis kecil, “HARAP TENANG ADA UJIAN”.

Suasana sekolah terasa sangat syahdu, jelas berbeda dengan hari-hari sebelumnya di mana suasana begitu riuh oleh suara murid-murid. Sudah hampir seminggu murid kelas 1 – 5 harus belajar di rumah, agar kakak kelas mereka bisa mengikuti ujian dengan tenang.

Hari ini, Kamis 08 Mei 2025, merupakan hari terakhir ujian sumatif akhir jenjang di SDN Ampreng Langowan Barat dilaksanakan. Ujian diikuti oleh 15 orang murid kelas 6, yang diawasi oleh pengawas luar yang datang dari SD Inpres 1 Tumaratas, Mario Pesik, S. Pd., dan pengawas dalam yang berasal dari SDN Ampreng sendiri, Reintje Neman, S. Pd.

Suasana ruangan pun tidak kalah syahdu. Jarak tempat duduk yang berjauhan membuat para peserta ujian tidak bisa berkomunikasi satu dengan lainnya. Murid-murid tampak konsentrasi menghadapi lembar ujian di hadapan mereka.

Zisel Oroh salah satu peserta ujian yang diwawancarai selepas ujian berakhir, mengaku lega. Selama hampir satu minggu ia dilanda kecemasan terhadap soal-soal ujian yang akan dihadapi.

“Akhirnya benar-benar terasa lega, ujian telah berakhir. Meskipun setiap hari belajar untuk ujian ini tetap saja ada kekhawatiran apakah bisa menjawab soal dengan baik dan benar. Namun, semua proses telah dilewati dan Zisel optimis dengan hasil yang akan didapat nanti,” ungkap Zisel yang berencana akan melanjutkan sekolah di SMP 5 Tumaratas.

Satu hal yang membuat Zisel merasa agak berat meninggalkan sekolah yang telah menjadi rumah keduanya selama 6 tahun terakhir, yaitu berpisah dengan guru-guru dan teman-teman sekelasnya. Matanya tampak berkaca-kaca dengan nada suara yang terbata-bata saat mengucapkan rasa terima kasihnya kepada para guru yang telah mendidiknya.

“Kepada Ibu Kepala Sekolah yang sangat baik dan semua guru-guru, terima kasih sudah menjadi orang tua kedua buat Zisel selama bersekolah di sekolah ini, terima kasih sudah mendidik Zisel dengan baik dan mengajarkan Zisel sesuatu yang sebelumnya tidak Zisel ketahui menjadi tahu,” kata Zisel.

Ia pun menceritakan sebuah kisah yang tetap diingatnya hingga sekarang.

“Zisel ingat pernah dimarahi Bapak Guru Rolly, karena Zisel memiliki kuku panjang. Kuku yang tidak sengaja dipelihara itu selama beberapa minggu disuruh gunting oleh Bapak Guru. Zisel tidak kecewa, tidak sakit hati karena dimarahi, karena Zisel akhirnya sadar bahwa kuku yang panjang itu membuat Zisel kesusahan saat menulis. Selain itu, kuku yang panjang tentu menjadi sarang kuman yang tidak baik kesehatan,” cerita Zisel.Sementara itu, Kepala Sekolah, Sasmi Lumenta, S. Pd., berterima kasih kepada semua pihak, pertama tentu kepada Tuhan Yesus atas menyertaan-Nya, guru-guru, para pengawas, orang tua, terlebih para murid kelas 6.

“Tanpa kerja sama dari semua pihak, SDN Ampreng ini tidak bisa melaksanakan ujian akhir, yang tentu saja tidak akan ada lulusan dari sekolah ini. Itu sebabnya, atas nama Kepala Sekolah saya mengucapkan terima kasih, terutama kepada Opo Empung Yesus, dan kepada semua pihak terkait, terlebih kepada para anak didik yang boleh menyelesaikan sekolah di tempat ini,” kata Kepala Sekolah.

“Sekolah memang tidak menargetkan apa-apa terhadap para murid kelas 6, tetapi kami berharap semua murid bisa melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya dan para orang tua bisa mendukung cita-cita anak-anak mereka,” lanjutnya.

“Harapan kami, semoga anak-anak yang lulus dari tempat ini bisa membawa diri di mana pun mereka berada, terlebih di sekolah mereka yang baru, dan semoga anak-anak tetap menjaga nama baik sekolah yang mereka tinggalkan dengan bersikap baik, sopan, dan berakhlak seperti yang telah diajarkan di sekolah ini selama 6 tahun,” ungkapnya lagi.

Di akhir wawancara Kepala Sekolah mengumumkan kesempatan terbuka untuk anak-anak yang ingin bersekolah di SDN Ampreng.

“Kami akan sangat senang menerima peserta didik yang baru untuk dididik di sekolah ini, dan untuk bertumbuh bersama,” tutupnya.

TAGGED:
Share This Article