Di tengah gelombang navigasi ekonomi global, mata uang Garuda, Rupiah, berhasil menorehkan kenaikan pada pembukaan pasar Senin, mencerminkan refleksi positif atas upaya stabilisasi Bank Indonesia. Rupiah meningkat 17 poin, menunjukkan pergerakan signifikan ke angka Rp 15.808 per dolar AS, melawan hantaman nilai sebelumnya.
Kemudi pengendali mata uang nasional, Bank Indonesia, beraksi proaktif lewat intervensi strategis, dengan melempar dolar AS ke pasaran. Taktik ini adalah gambaran kebijakan moneter yang tangguh, dimaksudkan untuk memelihara kestabilan nilai tukar Rupiah.
Diberikan analisa oleh Lukman Leong, seorang pengamat mata uang, dikatakan bahwa upaya Bank Indonesia telah menanamkan benih untuk penguatan Rupiah.
“Ada potensi penguatan Rupiah, berkat lini depan yang dijaga oleh Bank Indonesia,” tutur Lukman.
Namun, langkah ke depan terpantau dengan ketegangan khususnya dengan mendekatnya pesta demokrasi Indonesia di 2024. Pelaku pasar terasa menahan napas, menimbang dampak politik yang belum terbaca pada perekonomian.
Meskipun ada kekhawatiran akan kemungkinan pergeseran politik yang bisa mempengaruhi kebijakan pemerintahan mendatang, pandangan Lukman masih terbilang stabil dengan rentang yang relatif rapat, antara Rp 15.750 hingga Rp 15.900 per dolar AS untuk perdagangan hari ini.
Di sisi lain, pertaruhan terhadap keputusan The Fed mengenai suku bunga ternyata belum menunjukkan gerak signifikan. Analis dan investor kompak menantikan apa yang akan disampaikan oleh Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung beberapa hari lagi, mencari petunjuk atas arah kebijakan moneter Amerika yang akan datang.
Detak pasar finansial Indonesia menunjukkan wilayah stabil, terpantau dari langkah yang diambil oleh pengelola ekonomi domestik. Meskipun ada beberapa unsur ketidakpastian, intervensi Bank Indonesia tampaknya memberikan angin segar bagi nilai tukar Rupiah di awal pekan. (ANT/Novi)